الأربعاء، رمضان ٠٩، ١٤٢٦

Cerita dari Pusat Peradaban Islam - PART 2

Salammualaikum,
Berikut sedikit tulisan saya mengenai Konsep Ramadhan di Madinah Al Munawwarah, diambil berdasarkan pengalaman dan kisah nyata dari Pusat Peradaban Islam dunia di Umrah Ramadhan 1425H (05-21 Ramadhan 1425H) yang jarang terexpose.

Inilah the real of Islam:

Ketertiban, kesopanan dan keramahan masyarakat Madinah Modern salahsatunya disaat berbuka puasa bersama di Masjid Nabawi. Ketika usai melaksanakan salat Asar, tidak lama kemudian (sekitar setengah jam selepas pelaksanaan Salat Asar), mulailah supply makanan dari para donatur berdatangan. Perlu diketahui bahwa buka puasa ini setiap harinya dilakukan selama bulan suci Ramadhan oleh para panitia/donatur, dimana masjid hanya sebagai fasilitator saja (bukan penyelenggara). Fungsi panitia masjid disini adalah hanya mengkoordinasikan saja dengan para donatur, mengenai kebersihan masjid.

Umumnya para donatur akan menyediakan makanan bagi sekitar 5-10 orang untuk berbuka, sehingga dalam areal komplex masjid Nabawi, terdapat ratusan bahkan ribuan orang panitia yang melaksanakan satu kegiatan yang sama disaat bersamaan... Masya Allah Indahnya konsep Islam seperti ini :)

Setiap donatur/panitia harus bertanggungjawab terhadap kebersihan Masjid, semisal: setiap donatur akan membawa kantong plastik besar untuk sampah dan juga plastik alas. Plastik alas ini digelar sekitar 30 menit usai Salat Asar hingga 10 menit selepas Azan Maghrib dan dimulainya Salat Maghrib. Diatas alas plastik inilah digelar berbagai suguhan yang diberikan secara bertahap oleh panitia.

Pola pembagiannya pun dilaksanakan secara tertib, dimana panitia telahmenyiapkan piring plastik sekali pakai dan gelas plastik sekali pakai untuk minum (maklum, stok gelas Plastik untuk minum yang disediakan Masjid, kadang menjadi sulit, ketika jelang berbuka puasa). Panitia akan membagikan suguhannya dengan saling "oper". Begitu juga dengana ir minum, mereka akan membagikan dengan cara dioper.

Biasanya tangki air minum akan diletakkan berdekatan dengan panitia yang berfungsi ganda sebagai pembatas. Biasanya bila kita ingin meminta tambahan air minum, panitia tidak akan mengizinkan kita mengambilnya sendiri,melainkan dialah yang akan mengambilkan air minum tersebut dan kita cukup duduk tenang.

10 menit usai Azan Maghrib, akan dilaksanakan Iqamat dan saat itulahplastik alas tadi digulung dan dimasukkan dalam kantong plastik yangdisediakan untuk selanjutnya diserahkan ke petugas kebersihan masjid untuk diangkut, sehingga kebersihan karpet Masjid Nabawi tetap terjaga.

Dalam kesempatan berbeda, saat sebagian panitia menyiapkan suguhan berbuka, panitia lainnya sibuk mencari orang yang akan diajak untuk berbuka puasa bersama dengannya, bahkan sampai ada yang ditarik tarik untuk diajak berbuka puasa bersama.

Pemandangan unik juga terjadi diluar/halaman Masjid Nabawi, dimanapara donatur juga menyiapkan beberapa unit kendaraan sampah untuk mengangkut sampah sampah usai berbuka puasa setiap harinya. Maklum untuk panitia yang berada diluar masjid, umumnya menyuguhkan makanan kelas "berat" seperti nasi-ayam hingga lauk pauk yang di pak dalam bak timah berukuran 1 liter untuk setiap orangnya. Sehingga tidak heran, 2 jam setelah buka puasa usai dan Azan Isya dikumandangkan,seluruh lokasi didalam maupun luar komplex Masjid Nabawi sudah bersih dari sampah.

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa:

1. Masjid tidak dibebani dengan tanggungjawab menjadi panitia berbukapuasa, melainkan hanya cukup menjadi fasilitator.

2. Banyaknya panitia kecil disetiap lokasi dan pekerjaan merekadibantu koordinasinya oleh pihak masjid merupakan suatu contoh yang baik, dimana dengan kebersamaan dan kesanggupan masing masing donatur inilah semua bisa berjalan dengan lancar.

Semoga sharing ini bisa bermanfaat bagi semua.

Wassalammualaikum,
Ahmad Alkazimy