الجمعة، رمضان ١٨، ١٤٢٦

LIVE EVENT: ASYROL AWAKHIR (10 Akhir Ramadhan)

LIVE EVENT ASYROL AWAKHIR (10 akhir Ramdahan)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Menuju ASYROL AWAKHIR (10 akhir Ramadhan) di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, nantikan pelaksanaan Salat Taraweh, Tahajjud, Witir dan Salat Tasbih disalah satu malam diantara 10 malam terakhirRamadhan.

Di Indonesia (BBWI), siaran LIVE EVENT ini bisa dilihat pada:

Setiap Tengah Malam mulai jam 00.00 - 02.00 BBWI untuk Taraweh

Jam 05.00 - 07.00 BBWI untuk Salat Tahajjud & Witir

Salat Tasbih umumnya akan dilaksanakan 1 jam usai Taraweh atau sekitar jam 03.00 - 04.00 BBWI.

Siaran kali ini dapat disaksikan via internet di:<http://www.kacst.edu.sa/en/stream/>
dan <http://www.islamicity.com/>

Via satelit dapat pula disaksikan via TV1 Malaysia & TV Saudi.

NOTE: Ramadhan 1426H di Saudi sehari lebih awal dari di Indonesia.

Semoga di Indonesia kita bisa meniru tradisi semacam ini ;)
Demikian sedikit info.

Wassalammualaikum,
Ahmad Alkazimy

Cerita Dari Pusat Peradaban Islam - PART 4

RAMADHAN BUKAN BEBAN
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Belajar dari pengalaman selama 20 kali Ramadhan di Jakarta dan dibandingkan dengan 17 Hari Umrah sekaligus pulang kampung di Jeddah-Makkah-Madinah, suasana Ramadhan disana jauh lebih terasa ketimbang di Jakarta. Salah satu faktornya yang saya perhatikan bahwa Ramadhan di Jakarta selama ini hanya dijadikan sebagai beban (bahkan kadang tanpa makna, arah dan tujuan). Segala sesuatu yang namanya "beban" akan menjadi berat, kadang pula menjadikan diri kita cepat emosi dan justru pada bulan Ramdhan yang muncul adalah banyak sekali letupan konflik. Belum lagi beban duniawi justru meninggi di bulan suci Ramadhan ini bahkan tidak jarang pula yang stress :( suatu hal yang ironis.

Berbeda sangat jauh dengan Jakarta, Ramadhan di 3 kota di Saudi (Jeddah, Makkah, Madinah) betul betul sangat kondusif, khusuk serta sangat tenang dan sangat menyenangkan.

Mengapa demikian ?

Sebagaimana telah diceritakan pada bagian sebelumnya, bahwa Masyarakat Timur Tengah, selama bulan Suci Ramadhan akan lebih mengutamakan ibadah kepada Allah SWT ketimbang aktifitas dunia, bahkan tidak jarang pula yang meninggalkan segala aktifitas duniawinya dan berkonsentrasi penuh pada ibadah termasuk beritikaf di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi maupun dimasjid masjid lainnya. Seluruh target duniawi akan diselesaikan sebelum masuk Ramadhan atau seusai Idul Fitri. Mereka umumnya sangat tidak mau diganggu dengan urusan bisnis selama Ramadhan.

Pada bulan ini pula, aktifitas dunia seperti berdagang (termasuk toko makanan) pun akan dimulai pada sore hari Usai Salat Asar hingga jelang Subuh, sehingga sepanjang malam suasana Ramadhan benar benar terasa. Tidak jarang, bahkan boleh dikatakan orang yang jarang keluar rumah sekalipun, akan keluar rumah di malam hari di Bulan Ramadhan usai Taraweh hingga Subuh, termasuk untuk jalan-jalan, shopping maupun untuk beribadah. Dan Usai Salat Subuh hingga Dhuhur dan Asar kebanyakan aktifitas perdagangan justru tutup. Semua PAHAM ATURAN.

Sehingga yang terjadi adalah suasana yang betul betul santai selama Ramadhan (tidak dikejar waktu). Selain itu, nilai nilai Islam sangat diterapkan dalam kehidupan keseharian seperti berbusana menutup aurat bagi kalangan wanita, TIDAK ADA yang makan minum sembarangan apalagi merokok disiang hari sekalipun Dispenser air minum ada dimana mana (termasuk didalam Masjid) dan semua orang bersikap ceria dan bahagia menyambut Ramadhan.

Salah satu contoh ibadah yang juga santai dilakukan adalah Taraweh dan Tahajjud di 10 akhir Ramadhan. Pelaksanaan Taraweh maupun salat Tahajjud dan Witir betul betul dilaksanakan secara santai selama hampir 2 jam (dimadinah bahkan sampai 2,5 jam). Ditilik lebih jauh lagi, disela sela pelaksanaan taraweh pun, banyak orang yang meletakkan gelas air minum ditempat salatnya, ini dimaksudkan bila jamaah tsb mengalami kehausan tinggal langsung meneguk air. Pelaksanaan Taraweh, Tahajjud maupun Witir ibarat kita ingin melaksanakan suatu perjalanan panjang yang sangat jauh, sehingga segalanya dipersiapkan dengan matang, termasuk siaganya sejumlah Ambulans disekitar komplex masjid Nabawi.

Disela sela kesempatan berdagangpun, sangat sering dijumpai para pedagang yang membaca Alqur'an. Bahkan termasuk para Askar (Tentara Masjidil Haram & Masjid Nabawi) dan petugas kebersihan Masjid, disela sela kesibukannya masih sempat membaca Alqur'an.

Toko-toko yang diluar bulan Ramadhan banyak memutar lagu lagu untuk menarik pelanggan mereka, di Ramadhan mereka ganti dengan Bacaan Qur'an dan hampir tidak ada toko yang memutar musik dibulan Ramadhan. Begitupula dengan tontonan TV masyarakat disana yang sangat menghindari musik sekalipun dimalam hari.

Namun ada aktifitas lain yang justru unik terjadi: karena masyarakat sana memang sangat tergila gila dengan olahraga khususnya bola, tidak jarang mulai usai Taraweh hingga subuh banyak yang bermain bola.

Suatu suasana yang begitu unik...selama 20 tahun saya tidak pernah menjumpai Ramadhan yang seperti ini dan sangat bermakna ini. Inilah dimana Ramadhan dijadikan bagian dari GAYA HIDUP (Life Style) dan bukan justru menjadi beban.

Yang terlihat di Jakarta adalah, Ramadhan masih pada level beban dan bukan pada level Life Style, sehingga segala sesuatunya menjadi sangat terikat. Banyaknya aktifitas dunia yang justru meningkat dibulan Ramadhan, justru menjadikan kita lalai beribadah. banyak pula yang saking RAKUSnya tetap membuka warung makan disiang hari dan malah pada malam hari mereka tutup :( Banyak pula yang tetap memutar lagu lagu keras dan bahkan berpesta (kadang agamapun dijadikan bahan nyanyian) sekalipun dimalam hari bulan Ramadhan, padahal Ramadhan dianjurkan untuk banyak beribadah, membaca Qur'an.

Yang lebih aneh lagi disini adalah: dibulan Ramadhan pun konflik cenderung meningkat bahkan tidak jarang berakhir dengan perang antar kelompok yang seolah menjadi tradisi tahunan..suatu ironis yang betul betul BERTENTANGAN dengan nilai Ramadhan itu sendiri.

Semoga Insya Allah bangsa ini bisa lebih baik kedepannya agar jangan sampai dengan sikap kita yang ada sekarang, justru akan mendatangkan KEMARAHAN, KEMURKAAN dan AZAB ALLAH SWT.

Mari kita belajar dari Pusat peradaban Islam Dunia (Makkah - Madinah)

Wassalammualaikum,
Ahmad Alkazimy

Cerita Dari Pusat Peradaban Islam - PART 3

PELAJARAN BERHARGA DISAAT UMRAH RAMADHAN (TAWAF) :
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Satu lagi pelajaran yang sangat berharga dari Umrah Ramadhan 1425H ketika melaksanakan Tawaf. Pada pelaksanaan Tawaf ini (Berkeliling Ka'bah sebanyak 7 kali) maupun pada setiap rukun Umrah, memang sangat dianjurkan kepada kita untuk selalu SABAR, TAWAKAL dan PENUH BERSERAH DIRI kepada ALLAH SWT.

Suatu kali ketika sedang melaksanakan Tawaf, kondisi saat itu memang tidak terlalu penuh. Pembimbing pernah menganjurkan kepada saya agar selalu memperhatikan hal hal diatas. Suatu ketika disatu putaran Tawaf, saya sempat berfikir dan mengatakan bahwa saya sangat bisa untuk menyentuh Hajar Aswad (Batu Hitam yang berada didekat pintu Ka'bah), dan ketika saya bergerak mendekat yang terjadi justru saya terjebak didalam kerumunan orang yang berniat mencium Hajar Aswad tersebut dan mengalami kesulitan beberapa saat untuk keluar dari kerumunan manusia karena terus tertabrak oleh orang yang menuju ke Hajar Aswad tersebut.

Namun diputaran lainnya saya mencoba bersikap merendah, sabar dan Pasrah kepada Allah SWT, sehingga setiap langkah kaki sayapun saya Pasrahkan kepada Allah SWT. Dan benar saja, sesekali saya Alhamdulillah bisa mencium Hajar Aswad tersebut. Dan pada akhirnya setiap kali saya melaksanakan Umrah maupun berziarah ke Madinah, saya mengambil sikap seperti ini. Dan Alhamdulillah, hikmahnya sangat besar.

Dan memang seharusnyalah bila kita melaksanakan Umrah/Haji apalagi di Tanah Haram, sikap seperti ini memang harus dikedepankan.

Dari sinilah saya belajar bahwa ketiga hal diatas sangatlah penting diimplementasikan dalam kehidupan keseharian. Semenjak saat itu saya selalu mendahulukan sikap Pasrah ini, sehingga yang terasa adalah Alhamdulillah, beban serasa agak ringan. Setiap kali ada problem selalu diserahkan kepada Allah SWT dan memohon petunjuk dari Allah SWT atas jalan keluar terbaik dari masalah yang ada.

Sebagai penutup, perlu kiranya kita bersama menjaga sikap kita, sehingga kita bisa dijauhkan dari sifat emosi berlebihan (Anarkisme, Konfrontatif dan merusak apa yang ada di muka bumi) dan selalu ingat kepada Allah SWT dimanapun kita berada, Amiin.

Wassalammualaikum,
Ahmad Alkazimy

الأربعاء، رمضان ٠٩، ١٤٢٦

Cerita dari Pusat Peradaban Islam - PART 2

Salammualaikum,
Berikut sedikit tulisan saya mengenai Konsep Ramadhan di Madinah Al Munawwarah, diambil berdasarkan pengalaman dan kisah nyata dari Pusat Peradaban Islam dunia di Umrah Ramadhan 1425H (05-21 Ramadhan 1425H) yang jarang terexpose.

Inilah the real of Islam:

Ketertiban, kesopanan dan keramahan masyarakat Madinah Modern salahsatunya disaat berbuka puasa bersama di Masjid Nabawi. Ketika usai melaksanakan salat Asar, tidak lama kemudian (sekitar setengah jam selepas pelaksanaan Salat Asar), mulailah supply makanan dari para donatur berdatangan. Perlu diketahui bahwa buka puasa ini setiap harinya dilakukan selama bulan suci Ramadhan oleh para panitia/donatur, dimana masjid hanya sebagai fasilitator saja (bukan penyelenggara). Fungsi panitia masjid disini adalah hanya mengkoordinasikan saja dengan para donatur, mengenai kebersihan masjid.

Umumnya para donatur akan menyediakan makanan bagi sekitar 5-10 orang untuk berbuka, sehingga dalam areal komplex masjid Nabawi, terdapat ratusan bahkan ribuan orang panitia yang melaksanakan satu kegiatan yang sama disaat bersamaan... Masya Allah Indahnya konsep Islam seperti ini :)

Setiap donatur/panitia harus bertanggungjawab terhadap kebersihan Masjid, semisal: setiap donatur akan membawa kantong plastik besar untuk sampah dan juga plastik alas. Plastik alas ini digelar sekitar 30 menit usai Salat Asar hingga 10 menit selepas Azan Maghrib dan dimulainya Salat Maghrib. Diatas alas plastik inilah digelar berbagai suguhan yang diberikan secara bertahap oleh panitia.

Pola pembagiannya pun dilaksanakan secara tertib, dimana panitia telahmenyiapkan piring plastik sekali pakai dan gelas plastik sekali pakai untuk minum (maklum, stok gelas Plastik untuk minum yang disediakan Masjid, kadang menjadi sulit, ketika jelang berbuka puasa). Panitia akan membagikan suguhannya dengan saling "oper". Begitu juga dengana ir minum, mereka akan membagikan dengan cara dioper.

Biasanya tangki air minum akan diletakkan berdekatan dengan panitia yang berfungsi ganda sebagai pembatas. Biasanya bila kita ingin meminta tambahan air minum, panitia tidak akan mengizinkan kita mengambilnya sendiri,melainkan dialah yang akan mengambilkan air minum tersebut dan kita cukup duduk tenang.

10 menit usai Azan Maghrib, akan dilaksanakan Iqamat dan saat itulahplastik alas tadi digulung dan dimasukkan dalam kantong plastik yangdisediakan untuk selanjutnya diserahkan ke petugas kebersihan masjid untuk diangkut, sehingga kebersihan karpet Masjid Nabawi tetap terjaga.

Dalam kesempatan berbeda, saat sebagian panitia menyiapkan suguhan berbuka, panitia lainnya sibuk mencari orang yang akan diajak untuk berbuka puasa bersama dengannya, bahkan sampai ada yang ditarik tarik untuk diajak berbuka puasa bersama.

Pemandangan unik juga terjadi diluar/halaman Masjid Nabawi, dimanapara donatur juga menyiapkan beberapa unit kendaraan sampah untuk mengangkut sampah sampah usai berbuka puasa setiap harinya. Maklum untuk panitia yang berada diluar masjid, umumnya menyuguhkan makanan kelas "berat" seperti nasi-ayam hingga lauk pauk yang di pak dalam bak timah berukuran 1 liter untuk setiap orangnya. Sehingga tidak heran, 2 jam setelah buka puasa usai dan Azan Isya dikumandangkan,seluruh lokasi didalam maupun luar komplex Masjid Nabawi sudah bersih dari sampah.

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa:

1. Masjid tidak dibebani dengan tanggungjawab menjadi panitia berbukapuasa, melainkan hanya cukup menjadi fasilitator.

2. Banyaknya panitia kecil disetiap lokasi dan pekerjaan merekadibantu koordinasinya oleh pihak masjid merupakan suatu contoh yang baik, dimana dengan kebersamaan dan kesanggupan masing masing donatur inilah semua bisa berjalan dengan lancar.

Semoga sharing ini bisa bermanfaat bagi semua.

Wassalammualaikum,
Ahmad Alkazimy

Cerita dari Pusat Peradaban Islam - PART 1

Salammualaikum,
ABSTRAK
~~~~~~~
Berikut ini adalah sharing dari ane tentang kehidupan keseharian masyarakat Makkah, Madinah & Jeddah selama Bulan Suci Ramadhan.Pengalaman ini ane dapat ketika pada tahun lalu (Okt 2004),selama hampir 17 hari ane berada disana (mulai 05 - 21 Ramadhan 1425H)sekaligus untuk Umrah dan bersilaturrahmi dengan famili disana.

Alhamdulillah ane bisa melaksanakan Umrah ke Kota Suci Makkah &Madinah setelah hampir 20 tahun ane tidak melihat Jeddah, Makkah dan Madinah.Ane sendiri lahir di Jeddah dan stay disana hingga umur 8 tahun (ikut orangtua) setelah itu pindah ke Jakarta.

Berbagai pengalaman yang anedapat ini ingin ane bagi kepada masyarakat Muslim. Mungkin pengalaman sejenis banyak dialami oleh para Jemaah Haji/Umrah namun mungkin selama ini tidak menjadi perhatian, sehingga ane ingin coba mengangkat mengenai hal ini dan semoga bisa menjadi rujukan sekaligus pelajaran bagi kita bersama.
Supaya tidak terlalu panjang, ane akan buat ini dalam beberapa bagian.

Semoga bermanfaat, Insya Allah.
TRADISI HAFIZ QUR'AN
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bulan Ramahan umumnya akan dimanfaatkan oleh Masyarakat Saudi untuk melancarkan kembali bacaan Alqur'annya serta menghafalkan isi Alqur'an.Selama Ramadhan, berbeda halnya dengan di Jakarta, ane hampir tidak pernah mendengar adanya toko toko yang menyalakan musik, untuk menarik perhatian Konsumennya. Hal ini berlaku pula diluar Kota Makkah &Madinah (seperti Jeddah). Kalaupun ada toko yang menggunakan soundsystem, maka tidak lain yang diputar adalah Kaset/CD Qur'an yangdibaca pada saat Tarawih/Tahajjud oleh para Imam Masjidil Haram,Masjid Nabawi dan Imam Imam lainnya.

Bahkan sempat ketika akan berziarah ke sejumlah pekuburan di Madinah,dan saat itu ane menyewa sebuah taxi, sang sopir terus menerusmemasang kaset Qur'an. Hampir tidak pernah terdengar disudut kotaMakkah/Madinah sekalipun adanya alunan musik.Ketika pelaksanaan Salat Tarawih/Tahajjud,baik di Masjidil Haram,Masjid Nabawi, maupun masjid masjid yang berada dikota Jeddah dimanasetiap malamnya mampu mengkhatamkan 1 Juz Qur'an, jamaah yang mengikutinya pun cukup antusias.Bahkan dalam salat tarawih/Tahajjud,beberapa Jamaah mulai dari anak anak hingga dewasa membuka mushafAlqur'an dan mengikuti bacaan sang Imam.Ada pula anak anak / orang dewasa yang kelelahan dan tidak mengikutiTarawih/Tahajjud, tetapi mengikuti bacaan sang imam sambil membukaMushaf.

Ketika sang imam Ruku', hingga selesai membaca Fatihahdirakaat kedua, jamaah yang tidak mengikuti salat tarawih/Tahajjud tadi mencoba menghafalkan bacaan yang dibaca oleh Sang Imam di Rakaatpertama tadi.Bacaan yang dikumandangkan para Imam hampir semuanya Tartil (memenuhiunsur Tajwid, tidak terburu buru dan memiliki style bacaan yang hampir mirip dengan para Imam Masjidil Haram/Masjid Nabawi) dan gerakan salat dalam Salat tarawih/tahajjud umumnya cukup santai dan memenuhi unsur Thumaninah dalam Salat.

Tradisi 1 malam khatam 1 juz ini, tidak hanya terjadi di Makkah/Madinah saja melainkan diseluruh masjid di Saudi dan umumnya pengurus masjid mengundang para Hafiz Qur'an ini untuk stay selama 1 bulan penuh dimasjid mereka sekaligus memimpin salat Tarawih, Tahajjud maupun Salat Fardhu. Tidak hanya itu, para Hafiz Qur'an ini jugadiberi kesempatan untuk berceramah (umumnya dilaksanakan usai Salat fardhu).

Menurut informasi yang ane terima, bahwa diMadinah ada sebuah desayang penduduknya hampir semuanya Hafiz Qur'an (mulai dari anak anak hingga orang dewasa), maka tidak heran pula para Imam Besar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi banyak berasal dari desa ini.

Kita berharap semoga tradisi semacam ini bisa juga berlangsung diIndonesia, dimana salah satu momentum Ramadhan adalah untuk memperlancar kembali bacaan Alqur'an kita sekaligus menghafalkannya.

Akan lebih baik juga bila Salat tarawih/tahajjud bisa dilaksanakan secara santai, memenuhi unsur thumaninah dan bila memungkinkan setiap masjid bisa mengundang seorang yang hafiz qur'an untuk stay dimasjid tersebut dan memimpin kegiatan Ramadhan selama sebulan penuhsebagaimana yang terjadi di Saudi saat ini.

Ramadhan di Saudi disambut dengan sukacita. Tradisi hafiz Qur'anmenjadi suatu tradisi yang menjadi idola seluruh lapisan masyarakat disana.

Semoga bermanfaat.
Wassalammualaikum,
Ahmad Alkazimy